08.46
video download
“Makanan enak belum tentu menyehatkan, makanan tidak enak bisa menyehatkan. Tetapi, makanan enak dan menyehatkan adalah tempe”
Sobat Sekolnet (Sekolah Internet) kalimat tersebut memiliki kekuatan luar biasa (The Power Of Tempe). Bisa jadi kita khususnya orang indonesia tidak terlalu asing dengan tempe. Tapi apa jadinya ketika tempe berada di negeri Sakura Jepang. Kok bisa,....ya bisalah, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Di Jepang sampai ada asosiasi yang di komandani Profesor, wah....seru juga ya. Profesor tempe ......ada nggak ya di Indonesia.
Masyarakat Indonesia pasti tentunya tidak asing lagi dengan tempe. Tempe merupakan makanan rakyat Indonesia. Di Indoesia kita bisa dengan sangat mudah menemukanyang namanya tempe. Ternyata di Jepang tempe juga populer.
Barangkali sering kita dengar konotasi yang menyepelekan tempe, seperti sebutan bangsa tempe atau mental tempe, tapi itu tidak aka ada lagi.
Adalah Rustono lelaki yang berasal dari sebuah desa kecil di Grobogan Jawa Tengah. Dari tangan dialah tempe mulai dikenal dan merambah hampir ke seluruh Jepang. Kemasan seberat 200 gram bergambar ilustrasi suasana kehidupan kampung di Jawa tersebar di berbagai toko swalayan di Jepang.
Kini kapasitas produksi Rustono setiap lima hari bisa mencapai 16.000 bungkus tempe dengan kemasan 200 gram. Untuk mendukung produksi, dia mengadakan kontrak kerja sama dengan petani kedelai di Nagahama, kawasan Shiga. Maka tidak salah jika ia dijuluki “The King of Tempe” oleh teman-temannya.
Jalan untuk mencapai keberhasilan usaha yang dia tempuh sangatlah panjang dan terjal. Setelah ia berada di Jepang sebelum memulai usahanya, ia harus belajar membuat tempe di Indonesia dengan kurang lebih 60 perajin tempe di seluruh Jawa untuk memperoleh ramuan yang terbaik. Yang kemudian tak kalah berat adalah memperoleh izin produksi di Jepang. Dia harus melalui penelitian dan tes di laboratorium, hingga harus memenuhi kesanggupan bertanggung jawab atas kualitas dan kandungan bahan produksi sesuai dengan yang tertera di kemasan bahwa kandungan gizi tempe kedelai setara dan kandungan gizi daging, termasuk mematuhi peraturan daur ulang kemasan.
Kendala cukup berat yang juga dapat dia lalui adalah soal menghadapi iklim alam di Jepang. Fermentasi tempe hanya bisa berhasil dalam cuaca kelembaban 60 persen hingga 90 persen, yang tentu saja tidak masalah di Indonesia. Di Jepang yang mempunyai empat musim, mempunyai kelembaban udara yang dibutuhkan tempe hanya pada musim panas. Tetapi, lewat penelitian kecil-kecilan dan telaten, hasilnya sangat besar. Dia bisa mengatur kelembaban pada segala musim di dalam ruangan produksi.
Peralatan produksi juga hasil inovasi Rustono sendiri. Alat pencuci kedelai dia modifikasi dari bekas mesin pencuci cumi-cumi yang dia dapat dari perusahaan perikanan. Begitu pula untuk pengemasan, dia datangkan mesin bikinan Bantul dan Surabaya.
Sekarang di Jepang tampaknya tempe menjadi sesuatu yang amat penting sehingga ada Asosiasi Tempe yang dikelola para profesor dan ahli gizi. Asosiasi ini mengadakan penelitian dan setiap tahun mengadakan seminar tentang tempe. Salah satu kajiannya adalah kandungan gizi tempe tak kalah dari daging sapi.
Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe dan tempura tempe. Yang paling terkenal adalah burger tempe.
Mereka memperkenalkan tempe dengan semboyan
“Makanan enak belum tentu menyehatkan, makanan tidak enak bisa menyehatkan. Tetapi, makanan enak dan menyehatkan adalah tempe”
Beliau tidak memakai karyawan tetapi usaha produksi tempenya dikerjakan bersama Keluarganya!
Beberapa Gambar Pak Rustono dan Pabriknya
Kediamannya Pak Rustono, Rumahnya Gaya Jepang dan ada Mobil Kecilnya.
Foto Sama Istrinya di Pabriknya Nih,Kompak Yaa!
Lagi Bungkus Tempe/ Packing.
Hasil Tempenya Yang Sudah di Bekukan dan Bisa Tahan 6 Bulan. di Jual diSupermarket 350 Yen! wohoo
Calon Pabrik Tempenya Yang Baru, Hutannya Dia Beli dan Tebang Sendiri ~Berkembang Usahanya
Posted in: 
0 komentar:
Posting Komentar