Kamis, 03 Februari 2011

Melepaskan Ketergantungan Internet by "sekolah internet"

Onno W. Purbo

Salam Perspektif Baru,

Saya Wimar Witoelar dan tamu kita sekarang adalah Onno W. Purbo. Dia meraih gelar sarjana Phd dalam bidang elektro. Kini dia seorang ahli internet yang jauh dari media tapi sangat dekat dengan kebenaran dari bidang teknologi. Kami ingin membawa masalah yang sangat penting, walaupun tidak selalu disadarai secara sehari-hari oleh masyarakat karena internet seakan-akan sudah menjadi udara yang ada di sekitar kita. Bedanya dengan udara adalah internet bisa gratis bisa tidak, bisa mahal bisa murah. Ada dua peristiwa di bidang internet yang akhir-akhir ini menarik perhatian kita. Satu, ternyata jaringan internet rawan juga, bisa terpengaruh oleh kecelakaan sehingga kapasitasnya sangat terganggu seperti kejadian gempa di Taiwan yang sampai berhari-hari memacetkan hubungan internet di banyak negara Asia. Kedua, suatu peristiwa yang sedang berkembang dan lebih dekat lagi pada keseharian kita yaitu isu mengenai penguasaan pemakai internet oleh suatu perusahaan software komersial di Amerika Serikat yang bekerjasama dengan pemerintah Indonesia. Padahal ada alternatif untuk menghindari sistem yang mahal dengan menggunakan sistem yang sumbernya terbuka atau open source.

Menurut Onno, masyarakat Indonesia sebaiknya memakai program yang bersumber dari sumber terbuka (open source) karena lebih murah. Program dari open source sudah cukup lengkap dan cukup andal. Onno juga meminta masyarakat Indonesia menggunakan server-server yang ada di Indonesia. Layanan e-mail dan chating semua sudah ada dari server yang berbasis di Indonesia. Bahkan dia menyarankan lebih baik kita membuat mail server sendiri karena gampang membuatnya. Ini untuk menghindari ketergantungan pada jaringan internet dari luar negeri sehingga kalau ada kejadian seperti gempa di Taiwan maka jaringan internet kita tidak ikut terganggu.

Bagaimana awal keterlibatan Anda pada internet sewaktu mulai dibangun?

Pertama, saya terlibat membangun internet di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1993, waktu itu kita modal dengkul dan kita membangun semuanya dari nol.

Bagaimana bentuk jaringan internet yang Anda pakai waktu itu?

Waktu itu pakai walkie talkie. Keren euy.

Peristiwa di Taiwan dan sebagaimana mungkin bisa terjadi lagi. Karena itu apakah kita sekarang aman kalau menyimpan data di tempat penyimpanan on line atau kita harus lebih hati-hati?

Sewaktu peristiwa gempa di Taiwan sebenarnya saya tidak tahu karena semua data saya ada di Indonesia. Saya sedang di Indonesia, e-mail saya berbasis di Indonesia, dan data saya ada di hard disk Indonesia.

Jadi Anda tidak terpengaruh.

Saya tidak terpengaruh. Karena itu saya bengong, kunaon euy, apa yang terjadi kok teman-teman pada ribut semua. Setelah itu saya menyadari bahwa jaringan internet putus. Alhamdulillah, saya pakai internet tahan gempa, jadi tidak masalah. Kayaknya hebat mempunyai server di Amerika dan Eropa, namun ketika putus pasti pusing. Saya memakai server dalam negeri dan aman. Ternyata buatan dalam negeri bagus.

Kalau server-server di Indonesia itu saling menyambung satu dengan lainnya, apakah memang bisa menghindari jaringan international?

Ya, karena kita satu sama lain tersambung secara lokal di sini.

Jadi bisa tidak terpengaruh. Apakah itu suatu nasehat serius untuk kita mengubah hubungan-hubungan server dan menyimpan data kita di dalam negeri?

Ini bicara terus terang, kemampuan server-server yang ada di Indonesia sebenarnya bisa menggantikan yang ada di luar tadi. Jadi kita bisa mempunya email di Indonesia dan mempunyai tempat chatting di Indonesia. Itu semua sekarang ada di Indonesia. Kalau e-mail mungkin kita bisa membuat sendiri. Kalau saya menyarankan lebih baik kita membuat mail server sendiri. Itu gampang.

Apakah chatting bisa juga?

Untuk chatting kita bisa menggunakan voip rakyat, yaitu www.voiprakyat.or.id Itu bisa untuk telepon juga. Asyik.

Katanya, sewaktu terjadi gempa bumi di Taiwan, semua perusahaan dan organisasi di berbagai negara Asia terkena, tapi Onno Purbo tidak merasakannya karena dia berhubungan dengan pihak Indonesia melalui server dan jaringan Indonesia dengan program yang digunakan di sini. Jadi pesannya hanya itu. Bagaimana cara agar orang bisa menggunakan server dan jaringan yang bersumber di Indonesia? ke mana orang harus mencarinya?

Toko buku tapi bisa juga mengambilnya di internet. Banyak website-website yang memuat ilmu-ilmu dengan gratis dan bisa diambil. Mudah-mudahan di Perspektif Baru juga bersedia nanti.

Kami sangat ingin di Perspektif Baru dan Perspektif Online bahkan di acara TV baru kami Wimar’s World sedapat mungkin mempromosikan ide tersebut karena ini untuk kebaikan kita semua. Namun tidak semua orang mempunyai kemampuan atau waktu untuk mendalami seluk beluk tersebut. Jadi bagaimana caranya agar itu bisa mudah diakses?

Kalau saya pribadi sebetulnya agak lebih ekstrim. Saya sering membawa hard disk berisi 40 ribu buku dalamnya. Itu sekitar 40 giga byte. Saya salinkan (copy) ke kampus-kampus. Jadi banyak kampus-kampus di Indonesia sudah mempunyai perpustakaan saya. Silahkan copy ke teman-teman di kampus tadi.

Apakah itu tidak bayar?

Kalau dari saya gratis. Cuma di mereka biasanya ada ongkos untuk copy.

Onno untuk melakukan ini perlu hidup juga. Darimana biayanya?

Alhamdulillah, Tuhan maha adil. Adil sekali. Jadi tidak pernah salah hitung kalkulatornya. Ada saja untuk hidup.

Apa nama perusahaannya?

Tidak ada

Kalau begitu namanya Perspektifbaru.com saja. Jadi kalau Anda ingin tahu bagaimana menggunakan internet boleh menulis komentar ke www.perspektifbaru.com Kami akan mencoba meneruskan ke Onno W. Purbo. Nah, kalau yang ini berkaitan erat dengan yang terjadi antara pemerintah dan Microsoft. Sudah jelas ada keresahan di masyarakat bahwa seakan-akan pemerintah menyanderakan diri kepada Microsoft. Tapi orang tidak tahu persis bagaimana dan apa alternatifnya. Selain itu, bagaimana pemerintah atau kita mempunyai keandalan sistem kalau tidak dengan cara demikian?

Mungkin dimundurkan sedikit satu langkah. Mudah-mudahan pemerintah sudah pernah mengetahui sistem operasinya. Ini penting karena konsekuensi dari tandatangan MoU antara pemerintah dan Microsoft adalah pemerintah harus mengeluarkan uang sekitar Rp 600 miliar sampai hampir satu triliun untuk mengoperasikan sistem resmi dari Microsoft.

Itu memakai harga normal di Indonesia. Misalnya, untuk Window XP sekitar US$ 300. Itu baru untuk sistem operasi. Kalau kita tambahkan untuk Office maka sekitar US$ 400 lagi. Jumlah ratusan miliar itu untuk sekitar beberapa ratus ribu izin. Belum lagi kalau korupsi. Pemerintah bisa saja mengatakan membeli resmi, tapi tahu-tahunya membeli bajakan dan sisanya dikorupsi.

Itu bukan wilayah Anda, tapi itu wilayah publik untuk mengetahui yang sebenarnya karena level pertama adalah salah memilih teknologi, kedua adalah malpraktek. Apakah biayanya memang bisa dikurangi kalau memakai sistem operasi yang bukan microsoft, misalnya yang disebut I-GOS?

Pembuat I-GOS atau Indonesia Go Open Source salah satunya adalah teman-teman di Kementerian Riset dan Teknologi. Di kalangan kita juga banyak yang membuatnya karena GOS bisa dibuat sendiri. Jadi kita bisa membuat sendiri program seperti Windows Microsoft itu secara open source. Salah satu yang membuat Dedi di Semarang. Software-nya bernama Pinux (Pointer Linux). Dia membuat itu karena warung internetnya (Warnet) dirazia polisi sehingga 20 komputernya diangkat dan dia bangkrut. Akhirnya, dia membuat Pinux dan memberikan gratis kepada bangsa Indonesia. Bentuknya kayak Window persis. Bisa diambil free di internet. Karena itu saya kagum sama dia.

Kalau sudah ada hal semacam Pinux tadi, apakah itu kira-kira bisa dipakai oleh orang?

Sangat mudah kalau kita biasa memakai komputer karena itu tidak begitu jauh dengan Microsoft.

Kalau orang yang belum mempunyai software-nya, ke mana orang harus mencarinya selain ke Dedi di Semarang?

Ada di http://pinux.joglosemar.org

Saya hampir tidak percaya sebab orang bebas betul kalau bisa mendapatkan software itu, Betulkah?

Betul. Itu bebas dan kita juga bisa mendapatkan kode programnya. Kita bisa mengembangkan itu semua.

Kalau kita sudah mempunyai operating system, lalu bagaimana program aplikasinya?

Program Office sudah ada kalau kita mau mengetik. Program Power Point juga ada.

Apakah namanya Office juga?

Namanya Open Office, bukan Microsoft Office.

Apakah word processornya sama?

Sama dan Open Office bisa membaca yang dibuat Microsoft Office. Cocok dan gratis.

Pasti ada pembaca yang takjub dan menulis e-mail. Apakah Anda bersedia untuk menjawab

Amat sangat. Kalau mau kirim email langsung tidak masalah. Kirim ke onno@indo.net.id Saya tidak pakai Yahoo.com

Jangan menghina saya dong. Saya menggunakan Yahoo dan Gmail bukan karena ningrat tapi karena belum tahu saja. Apakah program grafisnya sudah ada semacam photoshop?

Untuk mengedit gambar namanya Gimp.

Bila membicarakan Internet mengenai mencari alternatif di luar sistem formal yang kadangkala mahal, maka pembicaraan ini mau tidak mau harus teknis. Karena itu bagi yang ingin lebih mengetahuinya kirim komentar ke www.perspektifbaru.com. Jadi, yang penting Anda membuka website itu dan tanya apa yang disebut open source dan bagaimana kita bisa berinternet ria tanpa keluar uang lebih banyak. Apakah ada kursusnya, sekolahnya, atau perguruannya untuk orang yang lebih serius ingin menjadi development program atau ingin mengajarkannya kepada orang lain?

Ada dan free. Tapi minta maaf karena terpaksa lewat email. Tempatnya biasa mangkal adalah www.linux.or.id sedangkan e-mailnya tanya-jawab@linux.or.id Kita bisa mengobrol di situ.

Saya tadi bingung juga ada banyak program aplikasi software yang dikembangkan sendiri di Indonesia. Apakah memang banyak orang pintar di Indonesia sehingga bisa membuat open sources dan ada di mana saja ahli-ahli open sources tersebut?

Di seluruh dunia. Jadi software ini memang kita buat beramai-ramai di seluruh dunia sehingga software-nya bagus-bagus karena dibuatnya saweran. Tapi yang bakal membuat kita kaget adalah pada akhir 22-23 Januari 2007 sebanyak 150 aktifis open sources se-Asia pasifik akan berkumpul di Sukabumi.

Itu patut diliput dong oleh media. Apakah memang boleh diliput?

sangat boleh. Kita memang kita agak bodoh untuk urusan media. Kalau bisa dibantu sih terima kasih.

Perspektif Baru akan mengirim wartawannya ke Sukabumi dan meliput itu terutama belajar sedikit dan menceritakannya. Ini serius karena seperti Anda katakan tadi sewaktu baru datang bahwa tugas kami seperti yang di Perspektif Baru adalah untuk membawa bola lebih jauh. Jadi Anda yang membuat pisang goreng dan kita yang harus menjajakannya ke luar.

Yang menarik disini adalah bangsa-bangsa di Asia Pasifik belajar pada bangsa Indonesia mengenai open sources dan segala macamnya. Orang Indonesia ternyata bukan orang yang bodoh-bodoh. Memang kita miskin, tapi kita orang pinter juga. Ternyata mereka datang untuk belajar itu selain mereka membawa juga ilmu yang dimilikinya. Terus terang saja, di dunia yang bisa membuat internet menggunakan wairless memakai panci, wajan paling besar adalah di Indonesia.

Apa Anda sengaja menghindari dukungan pemerintah?

Kalau dukungan pemerintah memang susah diharapkan. Ini bukan sengaja tidak mau mendapatkan dukungan tapi memang tidak telalu berharap.

Apakah untuk publikasi tidak menghindarinya?

Tidak menghindarinya. Hanya saja saya rakyat jadi biasanya tidak terlalu dipilih oleh media.

Saya kira kita harus sama-sama karena kami orang komunikasi kadang-kadang juga tidak tahu apa yang harus dikomunikasikan. Kadang-kadang orang dikasih janji-janji yang susah direalisasikan. Tapi kalau Onno yang sudah lama saya kenal kredibilitasnya maka saya yakin publikasi ini bisa mengubah ketergantungan orang. Sekarang orang terpaksa membajak karena tidak mampu membelinya, padahal orang tidak mau berbuat jahat. Berbicara soal membajak merek dan sebagainya, apakah Linux yang kedengarannya seperti merek itu sebetulnya tidak gratis?

Jadi konsepnya kita free. Free itu dalam arti bisa menjadi gratis. Free artinya bebas tapi kebetulan jadi gratis juga akhirnya.

Free itu bebas, tidak gratis tapi bisa jadi gratis.

Itu karena dibebaskan. Jadi logika filosofi si programer ini adalah, "Saya ingin bebas dari ikatan. Jadi saya ingin semua orang bisa melihatnya sehingga menjadi Open Sources. Tapi tolong orang yang melihat program itu kalau mengubahnya tolong dibagikan juga sama kita-kita lagi." Akibatnya, software-nya menjadi gratis seperti saya membuat sendiri Linux untuk di laptop saya.

Kalau pun orang membeli, misalnya harus bayar, barangkali itu karena di tempat itu saja orang memungut bayaran?

Biasanya bayar CD saja.

Apakah efektifitasnya sudah dipakai di organisasi yang bukan bersifat eksperimen atau bisa dipakai sehari-hari untuk bekerja?

Pada umumnya Linux dipakai di server.

Apakah ini juga gejala internasional?

Gejala internasional. Jadi untuk di server rata-rata sudah memakai Linux semua. Memang Linux belum manusiawi banget seperti Microsoft tapi sekarang sudah mulai ready. Jadi segala macam sudah di set-up memakai Linux. Saya pribadi untuk laptop sudah Linux semua. Bila laptop saya dikasih data yang memakai program word bisa langsung dibaca. No problem.

Untuk suatu kantor yang pegawai-pegawainya mau belajar Linux, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk orang yang sudah pasih komputer?

Saya coba dengan mengetes istri saya dan adiknya hanya membutuhkan waktu sehari. Yang paling asyik dari Linux sebetulnya bukan itu. Yang paling asyik dari Linux untuk orang biasa adalah tidak ada virus. Jadi tidak ada anti virusnya. Virusnya Window juga tidak akan jalan di Linux.

Kemana paling gampang mencari CD Linux tersebut?

www.gudanglinux.com

0 komentar:

Posting Komentar

KREARIFINDO Creative Solution

PhotobucketPhotobucket Photobucket
INILAH SEBAGIAN BISNIS ONLINE YANG SAYA KEMBANGKAN, BAGI ANDA YANG MEMBUTUHKAN : DESAIN GRAFIS, DESAIN PRESENTASI, DESAIN KREATIF, DESAIN MULTIMEDIA, DLL. ATAU TRAINING MULTIMEDIA PRESENTASI, WORKSHOP PEMBUATAN BLOG KONTAK SAYA DI :
085880878417 atau YM : arif_jic@yahoo.co.id

DOWNLOAD MATERI

PhotobucketPhotobucketPhotobucket

 
Design by Gerai Blog | Support Design by Desaingratis - Group Design | GERAI BLOG